Pages

Lirik Lagu David archuletta-crush Lyrics


I hung up the phone tonight
something happened for the first time
deep inside
it was a rush…what a rush
couse the possibility
that you would ever feel the same way about me
it’s too much…just to much
why do i keep running from the truth
all i ever think about is you
you got me hypnotized
so mesmerized
and i just got you know
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
(chorus)
do you ever think
when you’re all alone
all that we could be
where this thing could go
am i crazy or falling in love
is it really just another crush
do you catch a breath
when i look at you
are you holding back
like the way i do
’cause i’m trying trying to walked away
but i know this crush ain’t going away
has it ever cross your mind
when were hangin’ spending time girl
are we just friend
is there more (2x)
see it’s a chance we’ve gotta take
cause i believe
that we can make this into
something that will last
last forever…forever
(chorus)
why do i keep running from the truth
all i ever think about is you
you got me hypnotized
so mesmerized
and i just got to know
(chorus)

Lirik Lagu Balisong- Rivermaya

BALI SONG LYRICS

by Rivermaya




Your face
lights up the sky on the highway
someday
you share your world with me
someday

You mesmerize me, with diamond eyes
I try to fool myself to think i'll be alright
but i am losing all control, my mind, my heart, my body and my soul.

never in my life have i been more sure
so come on up to me and close the door
nobody's made me feel this way before
you're everything i wanted and more




just be corupt too, where to begin
a great delema im finding myself thin
for all i know you only see me as a friend
i try to tell myself wake up fool

this fairy tale's got to end

never in my life have a been more sure
so come on up to me and close the door
nobody's made me feel this way before
you're everything i wanted...



never in my life have i been more sure
so come on up to me and close the door
nobody's made me feel this way before
you're everything i wanted and more

you're everything i wanted

Pencitraan Temporomandibular Discorder : Clicking (Imaging of Temporomandibular Discorder : Clicking)

Heru Suryonegoro 
Departemen Radiologi Kedokteran Gigi 
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Jakarta, Indonesia


Abstrak
Sendi temporomandibular (sendi rahang) merupakan salh satu organ yang berperan penting dalam sistem stomatognatik. Kelainan sendi dirasakan sangat mengganggu penderita dengan keluhan berupa clicking, trismus, nyeri kepala, wajah dan leher serta bahu. Pemeriksaan klinis saja tidaklah cukup untuk menentukan diagnosis kasus disertai pemeriksaan radiografik. Juga dalam rencana dan mengevaluasi hasil perawatan. BAnyak pencitraan untuk melihat keadaan sendi temporoandibular seperti: transcranio lateral, tomografi, arthografi, CT, MRI. Makalah ini hanya akan membahas pencitraan tomografi, arthography, Ct, dan MRi untuk memperoleh informasi diagnostik optimal dalam mengevaluasi kalinan sendi temporomandibula.
Kata Kunci : Sendi Temporomandibula, clicking

Pendahuluan
Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga. (1-3) Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut brupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci. (1-3)

Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular. (1) Salah satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya kelainan sendi temporomanibular. (1,3-7)
Untuk menegakkan diagnosis kelainan sendi temporomandibula, tidak cukup hanya pemeriksaan subyektif dan pemeriksaan klinis, tetapi mutlak juga diperlukan pemeriksaan radiografik. Ada beberapa macam pemeriksaan radiografik sendi temporomandibula yang harus dibedakan, antara lain transkraniolateral, panoramik, tomografi, artografi, computed tomography (CT), Magnetic Resonance Imaging (MRI). Makalah ini akan membahas pencitraan sendi temporomandibular dengan menggunakan proyeksi tomografi, CT< dan MRI. Dengan semakin majunya tehnologi diharapkan pada dokter gigi dapat membandingkan gambaran radiograf sendi temporomandibular normal dengan keadaan abnormal sehingga mampu menginterprestasikan gambaran yang diperoleh untuk selanjutnya menetapkan diagnosa dan rencana perawatan yang baik.

Tinjauan Pustaka

Anatomi sendi Temporomandibular Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat dibawah telinga yang menghubungkan rahang bawah (mandibula) dengan maksila (pada tulang temporal). Sendi temporomandibular ini unik karena bilateral dan merupakan sendi yang paling banyak digunakan serta paling kompleks. (1,2)
Kondil tidak berkontak langsung dengan permukaan tulang temporal, tetapi dipisahkan oleh diskus yang halus, disebut meniskus atau diskus artikulare. Diskus ini tidak hanya perperan sebagai pembatas tulang keras tetapi juga sebagai bantalan yang menyerap getaran dan tekanan yang ditransmisikan melalui sendi. (1,2)
Permukaan artikular tulang temporal terdiri dari fossa articulare dan eminensia artikulare. Seperti yang lain, sendi temporomandibular juga dikontrol oleh otot, terutama otot penguyahan, yang terletak disekitar rahang dan sendi temporomandibular. Otot-otot ini termasuk otot pterygoid interna, pterygoid externa, mylomyoid, geniohyoid dan otot digastrikus. Otot-otot lain dapat juga memberikan pengaruh terhadap fungsi sendi temporomandibular, seperti otot leher, bahu, dan otot punggung.

Ligamen dan tendon berfungsi sebagai pelekat tulang dengan otot dan dengan tulang lain. Kerusakan pada ligamen dan tendon dapat mengubah kerja sendi temporomandibular, yaitu mempengaruhi gerak membuka dan menutup mulut. (1,2,9)
Fungsi Normal TMJ Ketika mulut membuka, terdapat dua gerakan pada sendi. Gerakan pertama adalah rotasi yang mengelilingi sumbu horisontal pada kepala kondil. Gerakan kedua adalah translasi. Kondil dan meniskus bergerak ke depan bersama di bawah eminensia artikularis. Pada posisi mulut menutup, bagian posterior meniskus
yang tebal dengan segara mengambil tempat di bawah kondil. Ketika kondil bertranslasi ke depan, daerah tengah yang lebih tipis dari meniskus menjadi daerah permukaan artikulasi antara kondil dan eminensia artikularis. Ketika mulut membuka penuh, kondil berada di bawah daerah anterior meniskus. (1,2,4)
Disfungsi Sendi Temporomandibular Sendi temporomandibular sangat rentan terhadap berbagai jenis kerusakan yang diakibatkan dari luar seperti trauma, atau dari dalam seperti tumor atau artritis. Disfungsi sendi temporomandibular sangat bervariasi dari ringan sampai yang berat. (1,2,4)
Beberapa disfungsi menyebabkan masalah dalam penggunaan sendi temporomandibular namun sebagian lagi tidak menyebabkan masalah. Disfungsi yang parah, seperti sendi yang berfungsi, dapat menyebabkan nyeri dan mungkin tindakan bedah. (1,2,4)
Penyebab TMD 
Trauma merupakan penyebab utama TMD. Menurut Jurnal American Dent
al Association tahun 1990, 40% to 99% kasus TMD merupakan akibat trauma. Trauma yang sederhana seperti pukulan pada rahang atau sesuatu yang lebih kompleks seperti yang mengenai kepala, leher dan rahang. Penelitian terbaru juga menunjukkan benturan terhadap pengaman "airbag" dalam kendaraan dapat menyebabkan TMD. (1)
Setiap sendi dalam tubuh memiliki pergerakan yang terbatas. Jika rahang dibuka terlalu besar dalam jangka waktu yang lama atau dipaksa terbuka, ligamen bisa robek. Bahkan ketika rahang dibuka secara normal, terdapat dislokasi sebagian dari sendi temporomandibular. Akan tetapi, jika rahang dibuka melebihi batas normal, dislokasi muncul atau diskus pemisah bisa rusak. (1)
Gejala TMD (1,2,4-6) Yaitu nyeri telinga, otot rahang ngilu, nyeri di dahi atau, cliking, rahang terkunci, kesulitan membuka mulut, nyeri kepala-leher.
Cliking pada sendi Temporomandibular 
Gejala ini paling sering menandakan adanya TMD dan dislokasi diskusi artikulare. (1-3) Bunyi cliking muncul saat rahang dibuka atau saat menutup. Umumnya bunyi tersebut hanya dapat didengar oleh penderita, namun pada beberapa kasus, bunyi tersebut menjadi cukup keras sehingga dapat didengar oleh orang lain. Bunyi tersebut dideskripsikan penderita sebagai suara yang berbunyi 'klik'. (1-3)

Di antara fossa dan kondil terdapat diskus yang berfungsi sebagai penyerap tekanan dan mencegah tulang saling bergesekan ketika rahang bergerak. Bila diskus ini mengalami dislokasi, dapat menyebabkan timbulnya bunyi saat rahang bergerak. (1-3) Penyebab dislokasi bisa trauma, kontak oklusi gigi posterior yang tidak baik atau tidak ada, dan bisa saja karena gangguan tumbuh kembang rahang dan tulang fasial. Kondisi seperti ini dapat juga menyebabkan sakit kepala, nyeri wajah dan teliga. Jika dibiarkan tidak dirawat, dapat menyebabkan rahang terkunci. (1-4,6)
Pada beberapa orang, terdapat pebedaan posisi salah satu atau kedua sendi temporomandibula ketika beroklusi. Hal ini sering sekali terjadi pada pasien yang kehilangan gigi posteriornya. Kepala kondil (berwarna biru) bisa saja mengalami penekanan terlalu keraas terhadap fossa (berwarna hijau), dan menyebabkan kartilago diskusi rusak (berwarna merah). Kemudian akan menarik ligamen terlalu kuat (berwarna kuning). Hal ini menunjukkan, bila oklusi terlalu kuat, akan menyebabkan stress pada kedua sendi rahang. (3)
Setiap kali terdapat kelainan posisi rahang yang disertai dengan tekanan berlebihan pada sendi dan berkepanjangan atau terus menerus, dapat menyebabkan diskus (meniskus) robek dan mengalami dislokasi berada didepan kondil. Dalam keadaan seperti ini, gerakan membuka mulut menyebabkan kondil bergerak ke depan dan mendesak diskus di depannya. Jika hal ini berkelanjutan, kondil bisa saja melompati diskus dan benturan dengan tulang sehingga menyebabkan bunyi berupa cliking. (3,4,6) Ini juga dapat terjadi pada gerakan sebaliknya. Seringkali, bunyi ini tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari bahwa bunyi tersebut merupakan gejala suatu kelainan sendi temporomandibular.

Pemeriksaan radigrafik sendi temporomandibular 
Ada beberapa tehnik pencintraan untuk mendiagnosa kelainan sendi mulai dari foto ronsen biasa sampai MRI, tetapi, yang akan dibahas hanya beberapa proyeksi seperti tomografi, artgrafi, computed tomography (CT), dan MRI.

Tomography 
Tomography sendi temporomandibular dihasilkan melalui pergerakan yang sinkron antara tabung X-ray dengan kaset film melalui titik fulkrum imaginer pada pertengahan gambaran yang diinginkan termasuk juga Linear tomography dan complex tomography. (2,5)
Beberapa penelitian menyatakan bahwa tomografi merupakan metode yang baik untuk menggambarkan perubahan tulang dengan arthrosis pada sendi temporomandibular. (2,5)
Untuk mengevaluasi posisi kondil pada fossa glenoid, tomografi lebih terpercaya daripada proyeksi biasa dan panoramik. Secara klinis, posisi kondil tetap merupakan aspek yang penting dalam melakukan bedah orthognati and orthodontic studies. Kerugian yang paling besar dalam tomografi adalah kurangnya visualisasi jaringan lunak sendi temporomandibular, juga pada radiography biasa (2,5,10)

Arthrography
Terdapat dua tehnik arthgraphy pada sendi temporomandibular. Pada single-contrast arthography, media radioopak diinjeksikan ke rongga sendi atas atau bawah atau keduanya. Pada double-contrast arthography, sedikit udara diinjeksikan ke dalam rongga sendi setelah injeksi materi kontras.Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kedua tehnik. (2,5,10,11)
Jika sejumlah kecil bahan kontras medium air disuntikkan pada ruang superior dan inferior sendi, diskus artikularis dan perlekatannya akan terlihatbatasnya dan posisinya bisa dilacak sepanjang pergerakan mendibula.
Bagaimanapun, hanya ruang interior yang dibutuhkan untuk menetapkan posisi normal dan abnormal dari diskus tehadap hubungannya dengan kondil selama translasi. Bentuk ruang sendi (synovial cavities) akan bervariasi tergantung perubahan mulut apakah membuka atau menutup dan kondil akan bertranslasi kedepan pada eminensia. Arthrogram ini merupakan satu-satunya metode yang tersedia untuk melihat hubungan yang sebenarnya antara diskus dan kondil yang dapat divisualisasikan, dan ia sangat penting untuk pnegakkan diagnosis pada kelainan internal yang terjadi. (2,7,9)
Keakuratan diagnosa posisi diskus 84% sampai 100% dibandingkan dengan the corresponding cryosectional morphology dan dari penemuan bedah. Performasi dan adhesi juga dapat ditunjukkan dengan teknik ini. Penelitian-penelitian telah menunjukkan pentingnya diagnosis dan identifikasi kerusakan sendi temporomandibular internal. (2,5) Penelitian yang baru-baru ini dilakukan
dengan menggunakan tehnik arthography, menunjukkan bahwa arthography dapat meningkatkan keakuratan diagnosa perforasi dan adhesi diskusi Sendi Temporomandibular dengan MRI. (2,5,7)

Computed tomography 
Pada tahun 1980, computed tomography (CT) mulai diaplikasikan ankilosis sendi temporomandibular, fraktur kondil, dislokasi dan perubahan osseous. (2,5,7,8,11)
Pada laporan terdahulu, keakuratan dalam penentuan lokasi diskus tinggi (81%) jika dibandingkan dengan CT dan penemuan bedah. 
Beberapa laporan mempertimbangkan bahwa CT dapat menggantikan proyeksi arthrograpy dalam diagnosis dislokasi diskus pada kelainan sendi temporomandibular. (11,12) 

Bagaimanapun, keakuratan dari penentuan dislokasi diskus hanya sekitar 40%-67% pada CT dalam studi material spesimen autopsi. Keakuratan dalam perubahan osseus dari sendi temporomandibular dalam CT dibandingkan dengan material cadaver sekitar 66%-87%. Beberapa laporan menunjukkan bahwa bukti arthrosis dalam radiograf dapat atau tidak dapat dihubungkan dengan gejala klinis nyeri disfungsi. Jadi pasien tanpa perubahan osseus changes di sendi temporomandibular, bisa saja merasa nyeri, dan asien tanpa gejala abnormalitas tulang bisa bebas nyeri. CT bukanlah metode yang baik untuk mendiagnosa kelainan sendi temporomandibular. (2,5)

Magnetic Resonance Imaging pada sendi Temporomandibular 
Beberapa penelitian telah membandingkan MRi sendi temporomandibular dengan arthography dan CT. Hasil MRI juga dibandingkan dengan observasi anatomi dan histologi. Pada penelitian terhadap spesimen autopsi, keakuratan MRI mengevaluasi perubahan osseus adalah 60% sampai 100% dan keakuratan mengevaluasi dislokasi diskus adalah 73% sampai 95. Semua penelitian diatas menunjukkan bahwa MRI adalah metode terbaik untuk pencitraan jaringan keras dan jaringan lunak sendi temporomandibular. (2,5,7,11,12)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dislokasi diskus yang ditunjukkan MRI ternyata memeliki hubungan dengan cliking, nyeri, dan gejala disfungsi Sendi Temporomandibular lain. Setiap kali nyeri kliis dan gejala disfungsi sendi temporomandibular ditemukan tanpa adanya dislokasi diskus pada MRI maja diduga diagnosis pencintraan tersebut false positive atau false negative. (2,5,7,11,12)

Walaupun beberapa penelitian menyetujui bahwa nyeri otot adalah salah satu aspek utama kelainan TMJ, bukti perubahan patologis otot pengunyahan tidak diperhitungkan dalam diagnosis pencitraan. Beberapa laporan menunjukkan MRI tidak hanya merupakan metode yang akurat untuk mendeteksi posisi diskus tetapi juga merupakan teknik potensial untuk mengevaluasi perubahan patologis oto pengunyahan pada kelainan Sendi Temporomandibular. Akan tetapi, tidak ada laporan yang menghubungkan abnormalitas otot penguyahan pada MRI dengan gejala klinis.(2,5,7,11,12)

Pembahasan
Sebagian besar penelitian menyetujui bahwa kelainan temporomandibular tidak dapat dilakukan hanya dengan pemeriksaan klinis. Diagnosis pencintraan sangatlah penting dilakukan untuk menegakkan diagnosa.(2,3,5,7)

Dari pernyataandiatas, maka jelaslah bahwa pemeriksaan radiografik merupakan pemeriksaan yang penting untuk mendiagnosis adanya kelainan sendi temporomandibular. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui gambaran normal sendi temporomandibular sehingga dapat
melakukan perbandingan dengan keadaan abnormal.(2,3,5,7)
Dalam keadaan normal, posisi normal sendi temporomandibular dalam keadaan oklusi adalah kepala kondil berada di fossa artikularis dan terdapat diskus artikularis yang memisahkan kepala kondil dan fossa.(1)

Posisi kondil yang tepat ditengah fossa dan terdapat jarak antara kepala kondil dengan fossa artikularis. Adanya kelainan posisi dari keadaan normal pada gambaran radiografik, harus dipertimbangkan sebagai kemungkin adanya kelainan pada sendi temporomandibular.(2,3,5,7)

Cliking diperkirakan merupakan akibat dari dislokasi diskus artikulare yang dapat atau tidak disertai dengan dislokasi kondil. (1,3-5,7) Oleh karena itu, dari pemeriksaan radiografik, dapat dilihat ada tidaknya perubahan posisi normal kondil baik saat membuka maupun menutup mulut, juga dapat dianalisa perubahan posisi diskus, apakah masih pada posisi normal atau sudah mengalami dislokasi.

Selain dislokasi diskus, cliking dapat pula disebabkan oleh kerusakan diskus artikularis sehingga terjadi kontak antara kondil dengan fossa dan menimbulkan bunyi saat pergerakan rahang membuka dan menutup mulut.(1,3-5,7) Sehingga selain diperhatikan ada tidaknya dislokasi diskus maupun kondil, perlu diperhatikan jarak permukaan kepala kondil dengan permukaan fossa artikularis apakah masih normal atau semakin menyempit atau mungkin melebar. Bila ditemukan adanya perubahan jarak ini, perlu dicurigai adanya defek pada diskus yang mendorong terjadinya cliking.

Kesimpulan
Cliking adalah gejala kelainan sendi temporomandibular yang terjadi karena dislokasi diskus artikulare sehingga kondil berbenturan dengan tulang.

Untuk mendiagnosa cliking tidak cukup hanya dengan pemeriksaan subyektif dan klinis saja tetapi harus dilakukan pemeriksaan radiografik. Teknik radiografik seperti artografi, magnetic resonance imaging (MRI), yang menggambarkan jaringan lunak, dan tomografi, biasanya dibutuhkan adanya kondisi kelainan lain.

Prosedur diagnostik yang disarankan antara lain pencetakan gigi atau rahang dan dilakukan radiografik untuk melihat struktur rahang dan anormalitas dari gigi, sendi temporomandibular, daerah kepala dan leher.

Daftar Pustaka
1. Sharawy M. Development and clinical anatomy and physiology of the temporomandibular Joint; 1980: 3-16 

2. Whaites E. Essential of dental radiography and radiology. London: Churchill Living Stone; 1992.p. 279-313.

3. Richard W, Berg K. Diagnosis of the temporomandibular joint. W.B. Saunders Company;1993. 

4. Peters RA, Gross SG. Clinical management of temporomandibular disorder and orofacial pain. USA: Quitenssence Book; 1995.p.1-5. 

5. Weinberg LA. Technique for temporomandibular joint radiography. J Prosthet Dent 1972: 284-308 

6. Mohan PE, Alling CC. Facial pain, 3rd ed. Philadelphia: Heat Febiger; 1991.p. 42-4. 

7. dixon DC. Diagnosis imanging of the temporomandibular joint. Dent Clin North Am 1991; 53-8. 

8. The American Academy of Orofacial pain. Temporomandibular disorders, Guide lines for clasification, assessment and managent, MC Neil, I Charles (eds), 2nd ed. Quintessence. Publishing Co; 1993.p.22

9. Robert RJ. Neuromuscular dental diagnosis and treatment. Ishiyaku Euro-America, Inc; 1990.p.249 

10. Worth HM.Principles and practice of oral radiologic interpretation; 1963.p.696 

11. Miles, Vandis, Razmus. Basic principles of oral and maxilllofacial radiology; 1992.p. 192-6. 

12. Frommer HH. radiology for dental auxiliaries; 1996.p.240-1

DETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK

Risti Saptarini Primarti  *Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad
ABSTRAK
Fungsi otot orofasial berperan penting dalam pembentukan oklusi yang ideal pada masa pertumbuhan anak. Otot orofasial yang dapat mempengaruhi perkembangan oklusi gigi adalah otot lidah, masseter dan buccinator, serta orbicularis oris. Triangular Force Concept merupakan konsep keseimbangan antara ketiga otot tersebut. Deteksi dini adanya ketidakseimbangan ketiga otot tersebut dapat mencegah terjadinya maloklusi pada anak. Makalah ini akan membahas etiologi pola penelanan dan ketidakseimbangan otot orofasial beserta deteksi dininya pada anak.
 Kata Kunci : Deteksi Dini, Triangular Force Concept. Early Detection Of Orofacial Muscle Imbalance In Children

Pendahuluan 
Maloklusi umum terjadi di populasi dunia dan tidak dianggap sebagai keadaan yang normal. Hasil penelitian menunjukkan sepertiga populasi dunia memiliki oklusi normal sedangkan sisanya memiliki berbagai tingkatan maloklusi.1,2 Maloklusi dapat menyebabkan masalah pada pasien yaitu (1) diskriminasi sosial karena bentuk wajah; (2) masalah fungsi oral, termasuk kesulitan dalam pergerakan rahang, disfungsi sendi temporomandibular, serta masalah fungsi penelanan, pengunyahan dan bicara; (3) masalah trauma dan penyakit periodontal.1,2 Kelainan maloklusi dan dentofasial bukan disebabkan oleh faktor patologis. Berbagai contoh kasus menunjukkan kelainan tersebut merupakan penyimpangan perkembangan yang normal. Masalah tersebut lebih sering dihasilkan oleh interaksi yang kompleks antara faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, serta sulit untuk menentukan faktor etiologi yang pasti. Etiologi klinis yang dapat mengakibatkan maloklusi diantaranya faktor herediter, kegagalan masa perkembangan embrio, trauma, agen fisik dan kebiasaan buruk.1,3 Perkembangan normal dentofasial tergantung pada fungsi normal otot sekitar mulut. Keseimbangan antara otot bibir, pipi dari luar lengkung gigi dan lidah dari dalam perlu dipertahankan.3 Adanya ketidakseimbangan ketiga otot orofasial tersebut akan mempengaruhi perkembangan struktur dentofasial.4 Deteksi dini ketidakseimbangan otot orofasial pada anak sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan terjadinya maloklusi. Makalah ini akan membahas peranan triangular force concept, pola penelanan yang salah, serta deteksi dini ketidakseimbangan otot orofasial pada anak.
Telaah Pustaka
Fungsi fisiologis rongga mulut adalah penelanan, mastikasi, bicara dan pernafasan.1 Pola tekanan kompleks otot or ofasial berkaitan dengan pola penelanan yang normal.1,4 Aktifitas penelanan menghasilkan tekanan terhadap kompleks orofasial. Seseorang melakukan penelanan 2000-2400 kali selama 24 jam, sedangkan anak 800-1200 kali selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan tekanan yang dihasilkan lidah selama penelanan adalah 40-700 g/cm2.5 Oleh karena itu, pola penelanan yang salah akan mempengaruhi kompleks otot orofasial.4 Menurut Garliner, tiga otot yang mempengaruhi oklusi gigi selama penelanan adalah (1) otot lidah, yang berfungsi sebagai daya pendorong dan penahan dari dalam mulut; (2) otot masseter dan buccinator, kedua otot tersebut akan teraktivasi setiap gerakan penelanan. Adanya kegagalan aktivasi otot disebabkan oleh posisi lidah yang salah; (3) otot orbicularis oris, berperan untuk stabilisasi gigi-geligi yaitu sebagai penahan alami gigi anterior. Keseimbangan antara ketiga otot tersebut disebut triangular force concept.4
Posisi lidah terhadap relasi gigi insisif atas dan bawah selama penelanan akan mengganggu fungsi bibir. Penempatan ujung lidah diantara gigi insisif atas dan bawah saat penelanan, maka lidah akan menahan bibir bawah berkontak dengan gigi atas. Akibatnya adalah menghalangi fungsi orbicularis oris sebagai penahan stabilisasi, sehingga akhirnya otot tersebut menjadi lemah.4
Perkembangan Proses Penelanan
Kompleks otot orofasial telah sempurna sejak lahir. Hal tersebut berguna bagi bayi untuk bertahan hidup dan mempelajari sekitarnya. Pola penelanan pada bayi disebut pola penelanan infantil.1 Ciri khas penelanan infantil ditandai dengan kontraksi aktif otot bibir, ujung lidah berkontak dengan bibir bawah, sedangkan otot lidah bagian posterior dan pharingeal sedikit berkontraksi. Otot lidah bagian posterior dan pharingeal maturasinya belum sempurna.1 Pola penelanan infantil akan berlangsung sampai anak berusia satu tahun atau setelah erupsi gigi insisif sulung.1,4
Sejalan dengan perkembangan anak, otot elevator mendibula mulai berfungsi dan pola penelanan anak mulai berubah yang disebut periode transisi.1
Pergerakan lidah bagian posterior yang kompleks menunjukkan perubahan transisi yang jelas dari pola penelanan infantil.1,4
Pola penelanan dewasa ditandai dengan berkurangnya aktivitas otot bibir.
Bibir menjadi relaks, ujung lidah diletakkan pada prosessus alveolaris di belakang insisif atas, serta gigi posterior beroklusi saat penelanan.1
Proses pola penelanan dewasa yang normal adalah (1) ujung ldiah diletakkan dibelakang gigi insisif rahang atas; (2) bagian tengah lidah terangkat sehingga berkontak dengan palatum durum; (3) bagian belakang lidah membentuk posisi 450 terhadap dinding pharing; (4) sejalan dengan aktivitas otot lidah, otot masseter dan buccinator, menekan ke arah mid-line; (5) otot orbicularis oris menekan gigi insisif atas ke arah posterior.4
Gambar. 3. Pola Penelanan Dewasa
Mendeteksi Ketidakseimbangan Otot Orofasial dan Pola Penelanan Yang Salah Pada Anak
Penempatan Posisi Lidah Yang Salah
Penempatan ujung lidah saat istirahat merupakan tanda awal yang harus diperhatikan.4 Lidah yang diletakkan terlalu ke anterior, berada diantara gigi insisif atas dan bawah di dalam rongga mulut. Posisi lidah tersebut tidak mungkin ditarik ke posterior dalam waktu seperlima detik saat proses penelanan normal.
Oleh karena itu, apabila penempatan posisi lidah yang salah dibiarkan akan menyebabkan perubahan pola penelanan normal.4
Pola Penelanan yang Salah
Penempatan ujung lidah diantara gigi insisif atas dan bawah saat penelanan disebut tongue trust. Penempatan posisi lidah yang salah akan menahan bibir bawah berkontak dengan gigi atas. Akibatnya adalah menghalangi fungsi otot orbicularis oris sebagai penahan stabilisasi, sehingga otot tersebut menjadi lemah.4
Bernafas Melalui Mulut
Anak yang bernafas melalui mulut dapat disebabkan oleh alergi, tonsil, adenoid.6 Anak tersebut cenderung untuk menempatkan posisi lidah dibawah dasar mulut untuk memudahkan aliran udara. Penempatan posisi lidah dibawah dasar mulut menyebabkan palatum menjadi sempit, sehingga lidah cenderung untuk ke depan atau ke samping diantara gigi atas dan bawah.4,6
Kebiasaan Mulut Yang Buruk
Kebiasaan mulut merupakan proses pembelajaran kontraksi otot dan proses alami yang kompleks. Kebiasaan mulut normal merupakan bagian fungsi dentofasial yang berperan penting terhadap pertumbuhan normal wajah dan fisiologi oklusal.1,2,4 Kebiasaan mulut yang dilakukan anak berusia lebih dari 4 atau 5 tahun disebut kebiasaan mulut yang buruk. Hal tersebut akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan dentofasial. Kebiasaan mulut yang buruk pada anak yang sering terjadi adalah menghisap jari dan menggigit bibir.4
Oklusi yang Buruk (poor occlusion)
Oklusi yang buruk dapat disebabkan oleh adanya keausan oklusal, kerusakan gigi akibat karies, atau hilangnya gigi karena pencabutan.4 Keadaan tersebut menyebabkan hilangnya kontak antara gigi atas dan bawah. Apabila terjadi kehilangan kontak gigi di posterior, maka lidah akan menempati ruang tersebut, akibatnya adalah terjadi kegagalan fungsi otot masseter dan fungsi buccinator.4
Tonus Bibir Yang Tidak Adekuat
Bibir atas dan bawah tetap berkontak dalam keadaan istirahat. Fungsi bibir tersebut berperan sebagai penahan untuk gigi anterior.4 Kekuatan tonus bibir yang normal adalah 4-6 lbs yang diukur dengan spring tension gauge. Relasi bibir atasa dan bawah yang terbuka saat istirahat menunjukkan adanya ketidakseimbangan otot orofasial. Kekuatan tonus bibir yang tidak adekuat hanya 1-2 ½ lbs.5 Selain itu, tonus bibir yang terlalu kuat (hipertonus) juga harus dperhatikan.
Kelainan Anatomi Lidah
Adanya ankilosis, makroglosia dan ikatan frenulum yang rendah akan mengganggu proses penelanan.4
Mekanisme Terjadinya Maloklusi Akibat Ketidakseimbangan Otot Orofasial
Bentuk anatomi palatum dipengaruhi oleh lidah. Lidah akan menempati palatum saat istirahat. Penempatan posisi lidah yang salah atau adanya kebiasaan buruk menyebabkan posisi lidah berada di bawah dan depan. Tekanan lateral akan
menyebabkan palatum menjadi sempit.1,8 Palatum yang sempit, mempengaruhi bentuk lengkung rahang sehingga akan mengganggu erupsi gigi serta perubahan pola fungsi otot sehingga terjaadi maloklusi.8
Deteksi dini adanya ketidakseimbangan otot terutama sebelum anak mencapai usia 4-5 tahun atau sebelum erupsi gigi permanennya akan terjadi koreksi alamiah palatum. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan dentofasial kembali normal.8
Pembahasan
Rongga mulut terutama lidah merupakan salah satu organ tubuh penting yang perkembangannya telah sempurna sejak lahir. Hal tersebut berguna untuk mendapatkan makanan dan berkontak dengan lingkungan sekitarnya. Aktifitas rongga mulut adalah penelanan, mastikasi, bicara dan pernafasan.
Aktifitas rongga mulut akan mmepengaruhi pertumbuhan dan perkembangan struktur dentofasial pada anak. maturasi fungsi oral terlihat dari perubahan pola penelanan infantil menjadi dewasa. Otot yang bekerja pada pola penelanan infantil adalah lidah, mandibula dan otot fasial. Aktifitas pola penelanan dewasa dikontrol oleh otot pengunyahan, yaitu otot temporalis, masseter, pterigoideus lateral dan medial, digastrikus serta geniohioid.
Penelanan merupakan aktifitas yang dilakukan terus menerus selama 24 jam. Proses penelanan melibatkan otot orofasial. Tiga otot yang berperan adalah otot lidah, masseter dan buccinator dan orbicularis oris. Ketiga otot tersebut harus dalam keadaan seimbang saat fungsi.
Adanya kebiasaan mulut yang buruk, kelainan anatomi lidah, oklusi buruk, pola penelanan salah, merubah keseimbangan ketiga otot tersebut. Hal tersebut sering diakibatkan oleh penempatan posisi lidah yang salah. Ketidakseimbangan otot orofasial dapat mengakibatkan terjadinya maloklusi pada anak apabiladibiarkan sampai erupsi gigi tetapnya.
Dokter Gigi khususnya Spesialis Kedokteran Gigi Anak mempunyai peluang untuk mendeteksi adanya ketidakseimbangan otot orofasial dan pola penelanan yang salah pada anak. oleh karena itu, dokter gigi dapat memberikan kontribusi untuk melakukan tindakan preventif dan intersetif terjadinya maloklusi pada anak.
Kesimpulan
Keseimbangan otot orofasial yaitu otot lidah, masseter dan buccinator, serta orbicularis oris berperan dalam perkembangan kompleks dentofasial.
Ketidakseimbangan otot orofasial tersebut ditandai dengan adanya penempatan posisi lidah yang salah saat istirahat, kebiasaan mulut buruk, pola penelanan salah, kelainan anatomi lidah, oklusi buruk dan tonus bibir yang tidak adekuat. Dokter gigi khususnya dokter gigi anak mempunyai kesempatan untuk mendeteksi diniadanya ketidakseimbangan otot tersebut pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Proffit WR, Contemporary Orthodontic. Ed. ke-3.St. Louis: Mosby Inc.
2000;134-139
2. Bishara SE, Textbook of Orthodontics. Philadelphia : W.B. Saunders
Company, 2001;43-66
3. Moyers RE, Handbook of orthodontics. Ed ke-4. Chicago : Year Book
Medical Publisher. Inc ., 1988
4. Garliner D, Muofunctional Therapy. Philadelphia : W.B. Saunders
Company., 1976;7-15;334-343.
5. Chiba Y, Motoyoshi M, Namura S. Tongue pressure on loop of
transpalatal arch during deglitition. Am J. Orthod Dento fac orthop. 2003;
123.29-34
6. Barberia E, Lucavechi T, Cardenas D. An atypical lingual lesion resulting
from the unhealthy habit of sucking the lower lip : clinical case stusy. J
Clin Pediatr. Dent. 2006; 30(4):280-282
7. Pinkham JR, Fields HW. Pediatric Dentistry. Ed. ke-4. Philadelphia: W.B.
Saunders Company.,2005;
8. Roc S, Treatment recommendations for nonnutritive sucking habits. J of
Pract Hygiene. 1998;7:11-15

dental floss



Dental floss adalah merupakan salah satu alat bantu kebersihan kesehatan gigi yang dikenal dalam kedokteran gigi sebagai alat bantu dalam membersihkan daerah-daerah gigi yang sulit dijangkau oleh sikat gigi. Dental floss berbentuk benang.
Dental Floss untuk membersihkan gigi selain menggunakan sikat gigi adalah dengan menggunakan dental floss yaitu semacam benang yang terbuat dari bahan sutera (biasanya sintetis). Walaupun banyak yang belum terbiasa, akan tetapi membersihkan gigi dengan dental floss dianggap lebih efektif karena dapat menghilangkan lebih dari 60 % plak gigi terutama yang tersembunyi di antara gigi dan gusi dan tidak terlihat di bagian permukaan. 
Guna dental floss
  1. Untuk menghilangkan plak pada permukaan aproksimal gigi.
  2. Untuk memoles permukaan gigi.
  3. Untuk membersihkan partikel sisa makanan yang tertekan dibawah titik kontak
Benang gigi (dental floss) adalah merupakan alat bantu kesehatan gigi yang paling dianjurkan, masalahnya penggunaan dental floss memerlukan keterampilan manual yang baik, karena sebagian besar individu tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang sama, maka cara penggunaan dental floss yang baik dan benar harus diajarkan dan didomonstrasikan.
Penggunaan dental floss tanpa pegangan khusus, yaitu potong dental floss kira-kira 30cm, kemudian lingkarkan pada jari tengah dan jarak kurang lebih 7,5 cm, kemudian masukkan ke ruang interdental gigi, gerakkan dental floss turun naik sebanyak 6-7 kali. Untuk dental floss yang ada pegangan khususnya, langsung masukkan ke dalam daerah interdental, kemudian gerakkan dengan yang sama dengan dental floss yang tanpa pegangan khusus.

Keistimewaan Puasa Sunah pada hari Senin-Kamis


Siapa sih yang tidak ingin awet muda, bebas penyakit, sekaligus selamat dunia akhirat ? Kalau kita ingin mendapatkan semua itu, cobalah berpuasa Senin-Kamis secara teratur.
A.  Keistimewaan puasa senin-kamis dipandang dari sisi agama
Ø  Puasa Senin-Kamis adalah jenis puasa yang sering diamalkan Nabi Muhammad saw, para sahabatnya, dan tentu menjadi tradisi bagi umatnya. Namun, tidak semua orang tahu akan jenis amalan sunah ini. Meskipun tahu, tapi tidak semua menyadari keajaiban-keajaiban yang ada di balik puasa Senin Kamis. Dalam salah satu haditsnya, Nabi Muhammad saw selalu menunggu-nunggu kehadiran hari Senin dan Kamis, untuk melaksanakan puasa.

Ø  “Rasulullah saw sering berpuasa pada setiap bulannya (minggu pertama) pada hari Kamis dan hari Senin. Pada minggu kedua berpuasa hari Senin.” (HR An-Nasa`I dari Hafsah ra)
Ø  Diakui atau tidak, realitas membuktikan bahwa puasa Senin-Kamis telah sukses "mengubah" kondisi-kondisi manusia dari ketidakbaikan kepada kebaikan yang diharapkan. Puasa Senin-Kamis telah mengubah kepribadian yang "kumuh" menjadi kepribadian yang "cantik dan menawan."
Sehubungan dengan hal ini ada 2 hadis dari Rasulullah yg berkenaan dengan pemilihan hari Senin dan Kamis.
1. Yang pertama, dalam Hadist Riwayat Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah mengatakan bahwa semua amal dibentangkan di hari Senin dan Kamis. Karena itu, sebagai orang beriman, sungguhlah baik bila pada saat malaikat melaporkan amalan kita itu kita tengah berpuasa.

2. Yang kedua, hari Senin Kamis adalah hari istimewa karena pada hari itulah Rasulullah dilahirkan, menjadi rasul dan mendapat wahyu (HR Muslim).
B. Dari sisi logika
Bisa dilihat bahwa hari Senin dan Kamis membagi satu ‘minggu’ menjadi dua bagian yang hampir sama rata. Jadi  kentara sekali bahwa puasa Senin Kamis mempunyai fungsi maintenance atau pemeliharaan. Analoginya mungkin sama dengan pembagian waktu minum obat kala kita sakit. Tentu kita ingat, kala kita sakit, kita sering disuruh minum obat 2x sehari, yaitu 1x di pagi hari dan 1x di malam hari. Kalau dilihat, waktu2 dimana kita disuruh minum obat 2x tersebut membagi kurang lebih hari itu menjadi 3 bagian yang sama. Hal ini berlaku juga dengan Senin dan Kamis yang membagi satu minggu menjadi dua bagian.

C.      Keistimewaan puasa senin-kamis dipandang dari sisi emosional spiritual dan jasmani
1. Keutamaan yang pertama ialah karena puasa Senin Kamis melatih kita secara teratur untuk menghindarkan diri dari pekerjaan dosa. Kalau ada latihan efektif untuk ‘anger management’ atau latihan kesabaran, maka itulah puasa. Karena itu, cocoklah jika dikatakan bahwa puasa adalah zakat jiwa, dimana pada saat puasa, kita membuang perangai buruk. Sehingga sesudah puasa, emosi dan spiritual kita menjadi lebih bersih.
”Segala sesuatu itu ada zakatnya,sedang zakat jiwa itu adalah berpuasa. Dan puasa itu separo kesabaran”.(HR. Ibnu Majah).
Dengan menghilangnya perangai buruk kita, minimal seminggu dua kali, maka bisa juga dikatakan bahwa ”Puasa adalah benteng yg membentengi seseorang dari api neraka yg membara”.{HR.Ahmad dan Baihaqi}.
2.      Keutamaan yang kedua ialah karena puasa Senin Kamis bisa meningkatkan amalan kita. Biasanya, seseorang yang kekenyangan dan keenakan cenderung malas beribadah. Puasa menjadikan kita lebih produktif dalam beribadah karena selain kita tidak lagi dalam posisi keenakan, orang yang berpuasa juga cenderung ingin beribadah ekstra.  Disamping itu, puasa bisa melembutkan hati. Ini karena dengan puasa, kita cenderung lebih berempati dengan orang-orang yang lebih tidak beruntung dibanding kita. Karena itu, puasa bisa menjadikan kita lebih dekat dengan Allah dan lebih bertakwa.
Tidaklah salah kalau dalam Quran disebutkan bahwa puasa diperintahkan pada kita dan orang2 sebelum kita supaya kita menjadi orang yang bertakwa (Al Baqarah 183).
D. Puasa juga memiliki keutamaan dari segi kesehatan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa saat ini sudah ada banyak riset yang menyimpulkan bahwa puasa yang teratur itu baik untuk kesehatan.
·         Manfaat kesehatan dari puasa yang paling populer adalah puasa bisa dibilang sebagai cara ampuh untuk membatasi kalori yang masuk ke tubuh kita. Dalam Islam dan bidang kedokteran, dianjurkan untuk tidak makan berlebihan, karena makanan yang berlebih dan tidak sehat bisa menimbulkan penyakit. Lihat saja masyarakat di negara makmur yang mana makanan berlimpah. Selain tingkat obesitas tinggi, masyarakat negara-negara tersebut banyak yang mengidap diabetes dan jantung yang notabene sering dijuluki sebagai penyakit orang kaya.  Dengan puasa Senin Kamis, paling tidak, dalam dua kali seminggu, kita membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita.

·         Manfaat lain dari puasa ditinjau dari segi kesehatan yang juga banyak dipopulerkan adalah fungsi pembersihan dan penyembuhan. Dengan istirahatnya sistem pencernaan kita selama puasa, maka memungkinkan sistem2 lain di tubuh kita untuk bekerja dengan lebih baik, misalnya sistem imunitas. Inilah sebabnya mengapa orang yang sakit atau binatang yang terluka suka menolak makan. Andaikata kita tidak sedang sakit pun, polisi imunitas bekerja keras saat kita puasa. Jika polisi-polisi ini mendeteksi hal-hal yang kira-kira nanti bisa membuat kita sakit atau hal-hal abnormal, seperti tumbuhnya kista atau tumor, maka pada hari kita puasa, mereka bisa memberantasnya.

·         Sistem detoksifikasi tubuh juga bekerja lebih lancar jika kita tidak menerima asupan lagi. Disini, mungkin kita bisa membayangkan sistem pembersihan tubuh kita seperti pegawai yang kewalahan mengerjakan tugasnya kalau tugas datang bertubi2. Akibatnya, fungsi pembersihan tubuh tidak terkerjakan dengan maksimal dan sangat mungkin luput mengeliminasi beberapa zat-zat yang kurang baik untuk tubuh kita. Dengan berhentinya asupan, maka tugas dari sistem pembersihan tubuh kita menjadi lebih manageable sehingga kinerjanya menjadi lebih maksimal.

·         Sistem peremajaan juga bekerja dengan maksimal saat kita puasa karena Allah mendesain tubuh kita untuk mengeluarkan hormon yang erat kaitannya dengan anti-aging kala kita puasa. Karena itu tidaklah mengherankan jika pada suatu eksperimen ditemukan bahwa cacing yang berpuasa bisa hidup 19 generasi lebih lama dibanding cacing yang tidak berpuasa. Kalau ada obat anti aging yang ampuh, itulah puasa. Bisa jadi puasa Senin Kamis secara teratur nantinya menjadikan kita awet muda dan bebas penyakit di hari tua.
Masih banyak lagi manfaat kesehatan dari puasa,misalnya puasa bisa  menghindari atau mengurangi diabetes dan penyakit vascular seperti jantung. Yang jelas, kala Sang Pencipta kita mewajibkan kita puasa minimum setahun sekali selama Ramadhan , Dia tahu bahwa puasa itu baik bagi kita. Bayangkan dahsyatnya puasa kala kita bisa merutinkannya seminggu dua kali seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Walaupun begitu, perlu diingat dan digarisbawahi bahwa semua amal tergantung niat. Jika niat puasa kita hanyalah dari segi kesehatan, maka itulah yang kita dapat. Namun kala niat puasa kita adalah dalam rangka meningkatkan kualitas spiritualitas kita dan mendekatkan diri pada Allah maka tidak hanya kita mendapat fisik yang prima, namun juga ridho Allah dan keselamatan dunia akhirat. Sebagai muslim, ridha Allah terletak di atas segala-galanya. Allah sangat menyukai orang yang berpuasa karena Allah, sehingga Allah menjanjikan gerbang khusus di surga bagi yang gemar berpuasa, yaitu Ar-Rayyan (H.R Muslim).
Baca selengkapnya di: http://islamicenters.wordpress.com/


Cilacap Diguncang Gempa Dini Hari Tadi

Cilacap dikagetkan oleh gempa pada dini hari tadi sekitar pukul 03.06 wib.warga pun berhamburan keluar mencari tempat yang dirasa aman. Informasi dari BMKG, gempa terjadi di 293 km barat daya Cilacap atau 10.01 LS dan 107.69 BT. Pusat gempa berada kedalaman 10 km.awalnyA gempa ini dinyatakan berpotensi tsunami oleh BMKG.namun setelah beberapa saat,  warning ini dicabut tepatnya pada Senin (4/4/2011) pukul 4.45 WIB, atau 1,5 jam setelah gempa terjadi pukul 03.06 WIB.

diambil deri berbagai sumber

Gigi Berlubang Bisa Menyebabkan Kematian

Jakarta - Banyak orang yang menghiraukan kondisi giginya dengan tidak melakukan perawatan seperti menggosok gigi sesudah sarapan dan sebelum tidur malam. Padahal gigi bisa menyebabkan kematian, benarkah?

Jawabannya adalah ya, apabila gigi tersebut tidak dirawat dan kondisi tubuh yang lemah. Gigi yang berlubang, dapat menjadi jalan yang cukup besar bagi bakteri untuk dapat masuk ke dalam tubuh. Infeksi dari bakteri ini sebenarnya dapat dilawan karena tubuh kita memiliki sel-sel yang berperan sebagai daya tahan tubuh.

Namun, apabila daya tahan tubuh kita sedang lemah, maka infeksi bakteri akan semakin hebat. Pada tahap awal, infeksi masih terlokalisir di daerah ujung akar dari gigi yang berlubang. Biasanya akan timbul rasa tidak nyaman atau sakit saat gigi tersebut dipakai mengunyah atau ditekan. Pada tahap ini bisa ditanggulangi dengan perawatan saluran akar gigi dan penambalan sampai penggunaan antibiotik ataupun pencabutan gigi yang terinfeksi.

Menurut gigisehatbadansehat.blogspot.com bila tidak dirawat, infeksi gigi akan menyebar ke daerah sekitar mulut seperti pipi dan leher. Kondisi ini dapat dikatakan cukup serius, dan mengharuskan penderita untuk dilakukan pembedahan pada daerah infeksi untuk mengeluarkan nanahnya jika kondisinya memungkinkan. Penderita juga diterapi menggunakan obat-obatan antibiotik. Bila kondisi cukup parah, penderita juga diharuskan untuk dirawat inap di rumah sakit.

Dan ada resiko terjadinya kematian jika kondisi pasien sangat lemah, disertai komplikasi penyakit lain ataupun perawatan yang kurang intensif. Gambar di atas adalah gambar dari infeksi dari gigi yang sudah menyebar ke daerah pipi.

Pada beberapa kasus, infeksi yang terjadi cukup hebat dan berlangsung cepat. Infeksi dapat menyebar ke daerah lain yang cukup vital yaitu ke daerah dada dan kepala. Kondisi ini sudah sangat serius dan memerlukan perawatan rumah sakit yang sangat intensif. Pada kondisi ini, khususnya infeksi ke daerah kepala, resiko kematiannya lebih besar lagi.

Dulu cukup banyak kasus kematian akibat infeksi dari gigi yang tidak ditangani dengan baik termasuk di Indonesia. Sekarang, biasanya infeksi ini sudah ditangani sejak tahap awal sehingga risiko penyebaran infeksi dan kematian dapat dihindari.

Sebenarnya untuk menghindari kematian akibat infeksi dari gigi sangatlah mudah. Cukup dengan menyikat gigi dengan baik, benar dan waktunya tepat serta rutin untuk memeriksa kondisi gigi dan mulut ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

http://www.today.co.id